Kamis, 02 Februari 2012

FILM THE LIBRARIAN QUEST FOR THE SPEAR: KAJIAN SINGKAT STEREOTIP PUSTAKAWAN

FILM THE LIBRARIAN QUEST FOR THE SPEAR:
KAJIAN SINGKAT STEREOTIP PUSTAKAWAN



Oleh : Widodo Mulyo Rusdihanto
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Interdisciplinary Islamic Studies – Ilmu Perpustakaan dan Informasi


Abstrak

Peran pustakawan dalam film mengambil kekuatan sifat dan kepribadian pustakawan. Kekuatan sifat dan kepribadian dapat merubah peran pustakawan yang karakteristik. Karakter pustakawan dipengaruhi oleh tugas dan lingkungan kerjanya. Pustakawan laki-laki menampilkan stereotip laki-laki yang memiliki kelembutan, kesopanan, dan kecerdasan. Pustakawan sangat baik berperan dalam misteri dan keadaan yang mengerikan. Perpustakaan tidak hanya menampilkan pustakawan saja, tetapi juga ketegangan dan kesunyian yang merupakan kekuatan pasangan stereotip yang ditimbulkannya. Pustakawan tidak dapat digambarkan sebagai penjahat. Jumlah pustakawan baik atau memerangi kejahatan lebih banyak dari pada pustakawan buruk. Pustakawan adalah orang-orang yang menghormati dan paling buruk mereka mempunyai karakter atau keterbatasan fisik tetapi dari perbuatan tercela. Film dokumenter akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sifat demokratis yang komplek kepustakawanan di era teknologi yang menjadi tujuan pustakawan. Tidak hanya sebagai stereotip saja, tetapi juga sebagai budaya.

Kata kunci : film, pustakawan laki-laki, karakter pustakawan, stereotip pustakawan

Pendahuluan
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Sedangkan pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan pustakawan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.1 Pustakawan dengan perpustakaan merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan dan itu sesuatu yang lazim di masyarakat. Hal itu disebabkan karena perpustakaan adalah suatu unit kerja dan pekerjanya adalah pustakawan. Selain itu pustakawan juga dilengkapi ilmu pengetahuan tentang perpustakaan dan informasi sebagai ketrampilannya untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
____________________
1 Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. 2007

Sekarang bagaimana hubungan pustakawan dengan film ? Terutama kajian pandangan masyarakat terhadap stereotip pustakawan dalam adegan film ? Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subyektif. Jadi Stereotip dalam film adalah pandangan penonton tentang sikap dan pekerjaan pustakawan. Sifat-sifat tertentu akan diketahui penonton karena memang karakternya
Tulisan ini merupakan kumpulan referensi film tentang peran pustakawan dari persewaan film CD/DVD maupun pusat penjualan film CD/DVD dan referensi-referensi hasil literasi informasi dari internet Selanjutnya, semua referensi tersebut dirangkum, dianalisis, dan disusun sehingga menjadi suatu kajian ringkas tentang stereotip pustakawan dalam film “The Librarian: Quest For The Spear”.
Menurut Walker Stephen dan V. Lonnie Lawson2 dalam makalah penelitiannya “The Librarian Stereotype And The Movies”, mengemukakan bahwa hasil survei “Family Feud” menunjukkan lima karakteristik pustakawan yaitu (1). pendiam, (2). tenang, (3). belum menikah, (4). kaku, dan (5). berkacamata. (Kirkendall, 1986). Dalam Survey Magill’s Cinema data online, pustakawan jarang berperan pada film. Ini merupakan bukti statistik bahwa pustakawan jarang berperan pada film. Salah satu alasannya adalah pekerjaan pustakawan tidak bagus jika difilmkan. Pemain film yang berperan sebagai pustakawan dipengaruhi oleh karakter pustakawan yaitu sifat atau pekerjaan pustakawan. Keduanya meneliti 30 film dari tahun 1920-an sampai tahun 1980-an. Hasil penelitiannya berdasarkan hubungan karakter dengan tugas pekerjaan, jenis kelamin, usia, status perkawinan, karakterisasi, dan subyek film, mengemukakan bahwa :
Salah satu alasan Hollywood memasukkan peran pustakawan dalam film karena ceritanya dapat mengambil kekuatan dari sifat atau kepribadian pustakawan. Kekuatan sifat atau kepribadian pustakawan tersebut dapat menjadikan perubahan cerita film. Perubahan cerita bukan karena perubahan profesi tetapi karena perubahan peran pustakawan yang karakteristik, misalnya seorang pustakawan masuk ke dalam dunia polisi yang keras karena membela kebenaran. Sehingga dalam perannya dia dapat menjadi seperti seorang polisi yang ahli dalam dunia kriminalitas.
____________________
2Stephen Walker and V. Lonnie Lawson. The Librarian Stereotype And The Movies, MC Journal: The Journal of Academic Media Librarianship, vol no.1, Spring 1993:16-28. 1993

Karakter pustakawan dalam film ditentukan dari tugasnya atau lingkungan kerja pustakawan yaitu dunia buku. Sebagian besar film dilakukan pada saat perpustakaan belum ada komputer. Sehingga apabila pustakawan berhubungan dengan alat apapun, maka itu adalah buku. Komputer milik banyak profesi, sementara buku secara tradisional dan unik barkaitan dengan pustakawan. Pengetahuan pustakawan berhubungan dengan buku terutama membaca. Pekerja perpustakaan dapat mengambil atau mengembalikan atau bahkan memeriksa buku untuk menegaskan penonton membayangkan sebagai “pekerja perpustakaan”
Film yang diperani pustakawan wanita lebih banyak dari pada pustakawan pria, dan tampak bahwa wanita sangat berpengaruh terhadap stereotip pustakawan. Tetapi, wanita mempunyai sifat-sifat karakteristik yang dominan. Sifat karakteristik tersebut antara lain ketidakwajaran, introvet, dan kecemasan seksual. Film tidak hanya sebagai bahan cerita saja tetapi sangat mempengaruhi persepsi penonton tentang peran perempuan dalam masyarakat barat. Beberapa pustakawan digambarkan tidak menikah sebagai perawan tua. Dalam film memperlihatkan pustakawan wanita tua yang jarang bergaul. Yang sering diperlihatkan pustakawan wanita muda yang tertutup tapi menarik. Tetapi tidak seharusnya pustakawan terbuka, menarik atau seksi.
Pustakawan laki-laki tidak seperti koboi, petualang, atau tentara. Di mata Hollywood, pustakawan laki-laki tidak menampilkan stereotip macho yang berani, pemberontak, dan fisik yang bagus, melainkan stereotip laki-laki yang memiliki kelembutan, kesopanan, dan kecerdasan. Hal ini karena sifat pekerjaan pustakawan laki-laki yang bekerja di sebuah perpustakaan dengan mengacu karakteristik intelektual. Pustakawan tidak dapat digambarkan sebagai penjahat. Jumlah pustakawan baik atau memerangi kejahatan lebih banyak dari pada pustakawan buruk. Mereka adalah orang-orang yang umumnya terjebak dalam situasi dramatis, misterius, atau lucu. Dalam film, pekerjaan pustakawan dapat dijadikan dasar untuk membuat situasi yang diinginkan sehingga menghasilkan humor. Masing-masing karakter mengalami perubahan yang disesuaikan dengan keadaan sebenarnya. Pustakawan sangat baik berperan dalam misteri dan keadaan yang mengerikan. Dalam misteri dan keadaan yang mengerikan, pustakawan terlibat dalam pemecahan misteri, memberi petunjuk, atau berbuat kejahatan. Perpustakaan tidak hanya menampilkan pustakawan saja, tetapi ketegangan dan kesunyian merupakan kekuatan pasangan stereotip yang ditimbulkannya.
Menurut Hollywood, pustakawan adalah orang-orang yang menghormati dan paling buruk mereka mempunyai karakter atau keterbatasan fisik yang jauh dari perbuatan tercela. Perzinahan, kejahatan, dan kefanatikan mungkin berasal dari beberapa pustakawan yang merupakan peran individu dari pada stereotip pustakawan. Film pustakawan sering diperankan perempuan dengan karakter introvet, belum menikah, sopan, pemalu, dan muda. Studi menemukan bahwa gambaran perawan tua tidak umum, tetapi sifat seperti dingin seksual dan membosankan merupakan hal yang lazim. Pustakawan Hollywood berkaitan dengan karakter wanita Hollywood, dan memiliki pengaruh kebangkitan feminis pada tahun 1960. Opini publik mencerminkan film yang mendramatisir stereotip pustakawan merupakan campuran sikap menghakimi, perilaku jinak seperti membaca sampai perilaku yang tidak menarik seperti sikap dingin seksual.
Sedangkan menurut Hollywood sendiri3 pada “About The Film”, bahwa film dokumenter akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sifat demokratis yang komplek dari kepustakawanan di era teknologi yang menjadi tujuan pustakawan. Hal itu tidak hanya sebagai stereotip saja , tetapi juga sebagai budaya.

The Librarian: Quest For The Spear
Film ini merupakan film fiksi dengan mengangkat tema tentang profesi pustakawan. Alur cerita film menceritakan seorang pustakawan yang mencari pekerjaan dan kemudian mendapatkan pekerjaannya sebagai pustakawan yang menjaga koleksi-koleksi langka yang telah hilang. Pustakawan tersebut berusia 40 tahun, lembut, sopan, cerdas, dan belum menikah. Dia juga merupakan seorang kutu buku yang sangat mencintai buku-buku. Dalam pekerjaannya, ada koleksi benda sejarah yang dapat mengeluarkan kekuatan besar jika benda tersebut digabungkan dengan benda sejarah lainnya. Ternyata benda sejarah lainnya yang berupa tombak keramat telah dikuasai oleh sekelompok orang yang merupakan mantan pustakawan yang dulu bekerja sebagai pustakawan di perpustakaan dimana sang pustakawan sekarang bekerja. Dengan tombak keramat tersebut,
____________________
3The Hollywood Librarian. About The Film, Hollywood. 2010 http://www.hollywoodlibrarian.com/about.html diakses 8/11/2010
kelompok mantan pustakawan berambisi untuk menguasai dunia. Dalam upaya untuk merebut tombak keramat, petualangan sang pustakawan berubah menjadi petualangan seperti seorang Indiana Jones yang ahli dalam arkeolog. Dia ditemani seorang gadis yang ahli bela diri. Pada akhirnya sang pustakawan berhasil menyelamatkan dunia dari ancaman sekelompok mantan pustakawan yang jahat. 4, 5
The Librarian Quest For The Spear merupakan film Hollywood tahun 2004 yang diproduksi oleh TNT Present Electric Entertainment dengan Peter Winther sebagai director, David N. Titcher sebagai penulis, dan dibintangi oleh Noah Wyle, Sonya Walger, dan Bob Newhart.6

Stereotip Pustakawan
Dari resensi film “The Librarian: Quest For The Spear” dapat dikaji stereotip pustakawan sebagai berikut :
  1. Peran utama pemain film “The Librarian: Quest For The Spear” menunjukkan karakteristik pustakawan “Family Feud”, karena diperankan oleh seorang laki-laki yang berusia 40 tahun dan belum menikah.
  2. Pustakawan dalam film adalah seorang kutu buku yang sangat mencintai buku-buku merupakan upaya film untuk menegaskan penonton agar membayangkan pemain film sebagai “pekerja perpustakaan”.
  3. Fisik pustakawan menampilkan perawakan yang tinggi tidak berotot dengan stereotip kelembutan, kesopanan, dan kecerdasan merupakan gambaran pustakawan laki-laki yang mengacu karakteristik intelektual.
  4. Pustakawan adalah seorang pembela kebenaran yang menyelamatkan dunia dari penguasaan mantan pustakawan yang jahat. Hal itu menggambarkan bahwa pustakawan film adalah pustakawan baik.
  5. Perpustakaan tempat sang pustakawan bekerja menampilkan suasana ketegangan dan kesunyian yang mencekam. Hal itu merupakan kekuatan pasangan stereotip yang ditimbulkan oleh perpustakaan.
______________________________
5CISRAL. Berita: The Librarian, Petualangan Sang Pustakawan, Univertas Padjadjaran. 2008
6IMDb. The Librarian: Quest for the Spear (TV 2004). 2010
  1. Dalam upaya untuk merebut tombak keramat, petualangan sang pustakawan berubah menjadi petualangan seperti seorang Indiana Jones yang ahli dalam arkeolog. Hal itu merupakan gambaran perubahan cerita karena perubahan peran pustakawan yang karakteristik. Perubahan peran dipengaruhi oleh kekuatan sifat dan kepribadian pustakawan.

Penutup
Film “The Librarian: Quest For The Spear” merupakan film stereotip positif. Menurut Hollywood, pustakawan adalah orang-orang yang menghormati dan jauh dari perbuatan tercela. Perzinahan, kejahatan, dan kefanatikan mungkin berasal dari beberapa pustakawan yang merupakan peran individu bukan peran pustakawan dalam film. Film mencerminkan dramatisir stereotip pustakawan merupakan campuran sikap menghakimi, perilaku jinak, dan heroik.
Hasil penelitian “The Librarian Stereotype And The Movies” dari Walker Stephen dan V. Lonnie Lawson yang meneliti 30 film produksi Hollywood dari tahun 1920-an sampai tahun 1980-an sama hasilnya dengan kajian stereotip pustakawan dalam film “The Librarian: Quest For The Spear” yang diproduksi oleh Hollywwod pada tahun 2004. Jadi dapat disimpulkan bahwa film Hollywood yang diperankan oleh pustakawan dari tahun 1920-an sampai sekarang tidak banyak berubah. Apakah hal ini merupakan pembudayaan sifat demokratis kepustakawanan ? Seperti yang diungkapkan Hollywood dalam “About The Film”, yaitu film dokumenter akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sifat demokratis yang komplek dari kepustakawanan di era teknologi yang menjadi tujuan pustakawan yang tidak hanya sebagai stereotip saja, tetapi juga sebagai budaya.
Kalau dikaji lebih jauh berdasarkan pengamatan, seorang dosen mempunyai karakter yang berlainan dengan artis, pelawak, sopir, polisi, atau pustakawan. Tidak mungkin dosen mempunyai karakter seperti artis, pelawak, sopir, polisi, atau pustakawan dan sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter seseorang dipengaruhi pekerjaannya. Dengan demikian karakter pustakawan dipengaruhi oleh pekerjaannya yaitu melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Daftar Pustaka

CISRAL. 2008. Berita: The Librarian, Petualangan Sang Pustakawan, Univertas Padjadjaran
http://cisral.unpad.ac.id/index.php/2005/07/28/the-librarian-petualangan-sang-pustakawan/ diakses 8/11/2010
IMDb. 2010. The Librarian: Quest for the Spear (TV 2004)
http://www.imdb.com/title/tt0412915/ diakses 8/11/2010
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Stephen Walker and V. Lonnie Lawson. 1993. The Librarian Stereotype And The Movies, MC Journal: The Journal of Academic Media Librarianship, vol no.1, Spring 1993:16-28.
The Hollywood Librarian. 2010. About The Film, Hollywood.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar