DESAIN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL
PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
Oleh : Widodo Mulyo Rusdihanto
A. PENDAHULUAN
Politeknik Negeri Semarang (Polines) berdiri sejak tahun 1982. Pada saat ini Polines mempunyai 5 Jurusan yaitu Jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Akuntansi, dan Administrasi Niaga. Polines merupakan pendidikan Vokasi Diploma Tiga karena kurikulumnya banyak pendidikan prakteknya dengan perbandingan 60 % praktek dan 40 % teori. Jumlah mahasiswanya ada 3.543 orang, sedangkan dosennya ada 364 orang. Dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tingginya, Polines dibantu oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT). Salah satu unit pelaksana teknis yang membantu dalam menunjang informasi ilmiah adalah perpustakaan. Perpustakaan Polines bertugas mengadakan, menyimpan, mengolah, dan melayankan informasi ilmiah kepada sivitas akademika. Kita sudah tahu bahwa teknologi informasi banyak digunakan di instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta untuk menunjang manajemennya. Begitupun juga dengan perpustakaan Polines, dalam melayani 3.543 orang mahasiswa dan 364 orang dosen sudah dipandang tidak efisien dan efektif lagi. Hal itu ditambah dengan berkembangnya informasi ilmu pengetahuan yang menyebabkan pelayanan perpustakaan Polines sudah tidak up to date lagi dan tidak memenuhi kebutuhan sivitas akademika. Dengan adanya hal itu, perpustakaan Polines berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanannya dengan mengadakan perpustakaan digital. Permasalahanya adalah bagaimana tahap-tahap yang dilakukan untuk membuat perpustakaan digital sehingga dapat memenuhi kebutuhan sivitas akademika Polines. Karena semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sivitas akademika berarti design perpustakaan digital berorientasi kepada sivitas akademika Polines.
B. PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Konvensional Menjadi Digital
Penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
- Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk Automasi Perpustakaan.
- Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI dalam perpustakaan ini sering dikenal dengan Perpustakaan Digital.
Kedua fungsi penerapan teknologi informasi ini dapat terpisah maupun terintegrasi dalam suatu sistem informasi tergantung dari kemampuan software yang digunakan, sumber daya manusia dan infrastruktur peralatan teknologi informasi yang mendukung keduanya. Dalam makalah ini selanjutnya akan membahas tentang automasi perpustakaan.
Faktor Penggerak
- Kemudahan mendapatkan produk TI
- Harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk TI
- Kemampuan dari teknologi informasi
- Tuntutan layanan masyarakat serba “klick”
Alasan Lain
- Mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan
- Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan
- Meningkatkan citra perpustakaan
- Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global.
Peranan Katalog Dalam Perpustakaan Digital
Katalog adalah keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Katalog perpustakaan elektronik adalah jantung dari sebuah sistem perpustakaan yang terautomasi. Sub sistem lain seperti OPAC dan sirkulasi berinteraksi dengannya dalam menyediakan layanan automasi. Sebuah sistem katalog yang dirancang dengan baik merupakan faktor kunci keberhasilan penerapan automasi perpustakaan.
Cakupan Perpustakaan Digital
- Pengadaan koleksi
- Katalogisasi, inventarisasi
- Sirkulasi, reserve, inter-library loan
- Pengelolaan penerbitan berkala
- Penyediaan katalog (OPAC)
- Pengelolaan anggota
Layanan Referens
Layanan referens tidak termasuk dalam bagian yang terintegrasi dari suatu sistem automasi perpustakaan, namun yang lebih penting adalah penyediaan teknologi informasi yang digunakan dalam layanan referens. Layanan informasi referens dikembangkan dengan menyediakan koleksi dalam bentuk digital yang dikemas dalam CD-ROM dan akses informasi ke jaringan luar (LAN, WAN, Internet)
Peran CD-ROM
- Mempercepat akses informasi multi media baik itu berupa abstrak, indeks, bahan full text, dalam bentuk digital tanpa mengadakan hubungan ke jaringan komputer.
- Media back-up / cadangan data perpustakaan dan sarana koleksi referens bagi perpustakaan lain.
Peran Internet
- Untuk mengakses infrormasi multimedia dalam resource internet.
- Sarana telekomunikasi dan distribusi informasi.
- Untuk membuat homepage, penyebarluasan katalog dan informasi.
Keperluan Pengguna
Pustakawan harus dapat melayani keperluan pengguna seperti permintaan akan akses yang lebih cepat ke informasi yang diperlukan dari dalam maupun luar perpustakaan. Dengan begitu diharapkan agar para pustakawan mahir dalam penggunaan teknologi informasi sehingga mereka dapat membantu pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yang diperlukan.
Apa yang harus diketahui dan dikerjakan oleh pustakawan dalam perpustakaan digital :
- Paham akan maksud dan ruang lingkup dan unsur dari Perpustakaan Digital
- Paham dan bisa mengapresiasi pentingnya melaksanakan analisis sistem yang menyeluruh sebelum merencanakan desain sistem
- Paham akan dan bisa mengapresiasi manfaat analisis sistem dan desain, implementasi, evaluasi dan maintenance.
- Paham akan proses evaluasi software sejalan dengan proposal sebelum menentukan sebuah sistem
- Paham akan dan bisa mengapresiasi pentingnya pelatihan untuk staf dan keterlibatan mereka dalam seluruh proses kerja
2.2 Unsur-unsur Perpustakaan Digital
Dalam sebuah sistem automasi perpustakaan terdapat beberapa unsur atau syarat yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya, unsur-unsur atau syarat tersebut adalah :
1. Pengguna (User)
Pengguna merupakan unsur utama dalam sebuah sistem automasi perpustakan. Dalam pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para anggota perpustakaan. Apa misi organisasi tersebut? Apa kebutuhan informasi mereka ? Seberapa melek komputerkah mereka? Bagaimana sikap mereka ? Apakah pelatihan dibutuhkan? Itu adalah beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam mengembangkan sebuah sistem automasi perpustakaan. Automasi Perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila memenuhi kebutuhan pengguna baik staf maupun anggota perpustakaan. Tujuan daripada sistem automasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna.
Konsultasikan dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka. Namun perlu hati-hati terhadap penilaian keliru yang dilakukan oleh pengguna mengenai kebutuhan dan persepsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh suatu sistem komputer . Kebutuhan dapat dirincikan terlalu banyak atau terlalu sedikit dan kadang-kadang persepsi bisa juga keliru.
Staf yang bersangkutan harus dilibatkan mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan sistem. Masukan dari masing-masing staf harus dikumpulkan untuk menjamin kerjasama mereka. Tenaga-tenaga inti yang dilatih untuk menjadi operator, teknisi dan adminsitrator sistem harus diidentifikasikan dan dilatih sesuai bidang yang akan dioperasikan.
2. Perangkat Keras (Hardware)
Komputer adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer hanya sebuah komponen fisik dari sebuah sistem komputer yang memerlukan program untuk menjalankannya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komputer adalah sebuah alat dimana kemampuanya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikan dan software yang digunakan.
- Kecenderungan perkembangan komputer :
- Ukuran fisik mengecil dengan kemampuan yang lebih besar
- Harga terjangkau (murah)
- Kemampuan penyimpanan data berkapasitas tinggi
- Transfer pengiriman data yang lebih cepat dengan adanya jaringan
Dalam memilih perangkat keras yang pertama adalah menentukan staf yang bertanggung jawab atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi pembelian. Adanya staf yang bertanggung jawab adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain dan menghindari dampak buruk yang mungkin timbul. Hal lain adalah adanya dukungan teknis serta garansi produk dari vendor penyedia komputer
Peralatan Yang Dibutuhkan
- Server web dan aplikasi perpustakaan digital
- Server e-mail (bila dibutuhkan)
- Server data base
- Website dan aplikasi perpustakaan digital
- Mikrotik router
- Switchs 24 port sebanyak 2 buah
- Kabel UTP
- Komputer client (sesuai kebutuhan)
- Radio wirekess dan antena wireless (jika gedung perpuatakaan terpisah dengan jaringan server dan kebutuhan perangkat wireless sesuai dengan kebutuhan)
- Dedicated server kalau perpustakaan menginginkan on-line sehingga dapat acces melalui internet1
3. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak diartikan sebagai metode atau prosedur untuk mengoperasikan komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai. Kecenderungan dari perangkat lunak sekarang mampu diaplikasikan dalam berbagai sistem operasi, mampu menjalankan lebih dari satu program dalam waktu bersamaan (multi-tasking), kemampuan mengelola data yang lebih handal, dapat dioperasikan secara bersama-sama (multi-user).
Untuk mendapatkan software kini sudah banyak tersedia baik dari luar maupun dalam negeri dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan dan harga yang bervariasi. Di perpustakaan software yang dikenal antara lain CDS/ISIS, WINISIS yang mudah didapat dan gratis freeware dari Unesco atau dari beberapa perguruan tinggi sekarang telah banyak membuat dan mengembangakan sistem perpustakaannya sendiri seperti SIPUS 2000 di UGM, Sipisis di IPB. Masih banyak lagi perguruan tinggi dan institusi pengembang software yang mengembangkan SIP dengan kemampuan yang tidak kalah sip.
Sistem Informasi Perpustakaan ini difungsikan untuk pekerjaan operasional perpustakaan, mulai dari pengadaan, katalogisasi, inventarisasi, keanggotaan, OPAC, pengelolaan terbitan berkala, sirkulasi, dan pekerjaan lain dalam lingkup operasi perpustakaan.
____________________
1Wahyu. Aplikasi Perpustakaan Digital Melalui Web. Jakarta. 2011
Kriteria Penilaian Software
Suatu software dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu sistem kerja yang berjalan, untuk menilia suatu software tentu saja banyak kriteria yang harus diperhatikan. Beberapa criteria untuk menilia software adalah sebagai berikut :
- Kegunaan : fasilitas dan laporan yang ada sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan informasi tepat pada waktu (realtime) dan relevan untuk proses pengambilan keputusan.
- Ekonomis : biaya yang dikeluarkan sebanding untuk mengaplikasikan software sesuai dengan hasil yang didapatkan.
- Keandalan : mampu menangani operasi pekerjaan dengan frekuensi besar dan terus-menerus.
- Kapasitas : mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan kemampuan temu kembali yang cepat.
- Sederhana : menu-menu yang disediakan dapat dijalankan dengan mudah dan interaktif dengan pengguna
- Fleksibel : dapat diaplikasikan di beberapa jenis sistem operasi dan institusi serta maupun memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Menentukan Software
- Membangun sendiri
- Mengontrakan keluar
- Membeli software jadi yang ada di pasaran
Pilihan apapun yang dijatuhkan, software harus
- Sesuai dengan keperluan
- Memiliki ijin pemakaian
- Ada dukungan teknis, pelatihan , dokumentasi yang relevan serta pemeliharaan.
- Menentukan staf yang bertanggungjawab atas pemilihan dan evaluasi software.
Memilih dan membeli perangkat lunak merupakan suatu proses tersedianya dukungan pemakai, karena diperlukan banyak pelatihan dan pemecahan masalah sebelum sistem tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu cara untuk memastikan dukungan pelanggan adalah memilih perangkat lunak yang digunakan oleh sejumlah perpustakaan. Sekelompok besar pengguna biasanya menjustifikasikan layanan dukungan pelanggan sebagai hal yang subtansial. Selain itu, pengguna dapat saling membantu dalam pemecahan masalah. Spesifikasi perangkat keras harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimum operasi perangkat lunak.
4. Network/Jaringan
Jaringan komputer telah menjadi bagian dari automasi perpustakaan karena perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi sendiri serta adanya kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi.
Komponen perangkat keras jaringan antara lain : komputer sebagai server dan klien, Network Interface Card ( LAN Card terminal kabel (Hub), jaringan telepon atau radio, modem.
Hal yang harus diperhatikan dalam membangun jaringan komputer adalah :
- Jumlah komputer serta lingkup dari jaringan (LAN, WAN)
- Lokasi dari hardware : komputer, kabel, panel distribusi, dan sejenisnya
- Protokol komunikasi yang digunakan
- Menentukan staf yang bertanggun jawab dalam pembangunan jaringan.
5. Data
Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan /. Data disusun mulai dari bits, bytes, fields, records, file dan database.
Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi, dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam periode waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data file (data file storage) ke dalam model sistem informasi; dengan begitu, kegiatan pengolahan tersedia baik bagi data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya.
Digitalisasi Koleksi Local Content
Local content disebut juga koleksi grey literatur yaitu koleksi hasil karya sivitas akademika perguruan tinggi2. Koleksi ini sifatnya tidak dapat dipinjamkan. Local content dari sivitas akademika yang dikumpulkan di perpustakaan biasanya berbentuk hardcopy. Bahan pustaka yang termasuk local content3, antara lain :
- Tugas Akhir (Skripsi), tugas akhir Mahasiswa Tingkat Sarjana.
- Tesis, adalah karya dari Mahasiswa Pascasarjana.
- Disertasi, adalah karya dari Mahasiswa Tingkat Doktor
- Prosiding, yaitu hasil Seminar, Lokakarya, Pertemuan Ilmiah yang diadakan di Perguruan Tinggi, dan karya sivitas akademikanya yang memberikan presentasi di berbagai kegiatan ilmiah.
- Laporan penelitian dari setiap Kelompok Penelitian di Perguruan Tinggi.
- Pidato pengukuhan adalah penyampaian secara oral suatu makalah yang berupa buah pemikiran seorang Guru Besar di hadapan Sidang Terbuka Majelis Guru Besar selama waktu tertentu.
- Karya tulis ilmiah.
- Artikel.
Untuk menambah sumber daya informasi perpustakaan digital serta memudahkan pengelolaan dan pemanfaatan, koleksi local content dibuat digitalisasi. Pelaksanaan digitalisasi dalam bentuk PD4 yang merupakan standar pengolahan ISO4. Yang perlu diperhatikan dalam digitalisasi yaitu :
- Copyright
Perpustakaan memiliki izin dari penulis atau penerbit local content untuk menghindari urusan hukum.
- Jumlah dokumen yang diproses
Peralatan digitalisasi seperti komputer, mesin scanner perlu diperhatikan kemampuannya menyimpan file dan kecepatan prosesnya.
- Pengaturan alur kerja
Perencanaan kerja yang dibuat dengan baik akan membantu kecepatan proses kerja maupun kualitas yang dihasilkan.
____________________
2Sulistyo-Basuki. Local Content: Harta Karun Yang Tersembunyi. Makalah seminar Unkris Petra. Surabaya. 2001
3Nanan Hasanah. Implementasi Perpustakaan Digital di Institut Teknologi Bandung. Jurnal Pustakawan Indonesia. Vol.6 No.1. 2009
- Keterlibatan pustakawan
Pustakawan berperan dalam pelaksanaan local content.
Preservasi Koleksi Digital
Preservasi digital adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan agar bahan digital dapat terus dipakai selama mungkin. Kegiatan preservasi digital yaitu mengupayakan bahan digital tidak tergantung oleh kerusakan dan pergantian teknologi. Kegiatan yang dilakukan dalam preservasi digital mulai dari membuat copy bahan digital sampai transformasi digital. Preservasi digital dilakukan berdasarkan penilaian penting-tidaknya suatu bahan digital. Jadi preservasi digital merupakan upaya untuk mempertahankan sumber daya kultural dan intelektual agar dapat dimanfaatkan selama mungkin.
Standar Basis Data Katalog
Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang telah memungkinkan untuk itu dan didasari adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya bersama. Bentuk tukar-menukar maupun penggabungan data katalog koleksi adalah suatu hal yang sudah biasa terjadi dalam perpustakaan, kerjasama dapat dilakukan jika masing-masing perpustakaan itu memiliki kesamaan dalam format penulisan data katalog data. Persoalan yang sering dihadapi dalam kerjasama tukar-menukar atau penggabungan data adalah banyaknya data yang ditulis dengan suka-suka yaitu tidak memperhatikan standar yang ada. Pekerjaan konversi data merupakan hal yang membosankan dan memakan banyak waktu. Sering data katalog dalam perpustakaan tidak menggunakan standar, hal ini banyak terjadi karena kurangnya pemahaman akan manfaat standar penulisan data. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan perpustakaan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur yang digunakan bersama.
Persoalan lain dalam standardisasi format penulisan data katalog adalah bahasa. Kebanyakan perpustakaan mengkoleksi materi yang menggunakan bahasa pengantar berbeda-beda. Bagaimana dengan bahasa pengantar cantuman katalog itu sendiri? Informasi judul jelas harus diisi sesuai dengan judul koleksi yang bersangkutan. Bagaimana dengan kolom subjek dan kata kunci? Haruskah diisi dengan bahasa nasional (Bahasa Indonesia untuk perpustakaan di Indonesia) atau dengan bahasa internasional (Bahasa Inggris)? Lebih jauh lagi, bagaimana kita memberi nama pada kolom-kolom isian, dengan Bahasa Indonesia (judul, pengarang, penerbit, dsb.) atau bahasa Inggris (title, author, publisher etc.)? Bagaimana dengan koleksi yang berpengantar bahasa-bahasa lain seperti Arab, China atau Korea ?
Metadata
Metada merupakan istilah baru dan bukan merupakan konsep baru di dunia pengelola informasi. Perpustakaan sudah lama menciptakan metadata dalam bentuk pengkatalogan koleksi.
Definisi metadata sangat beragam ada yang mengatakan “data tentang data” atau “informasi tentang informasi”, pengertian dari beberapa definisi tersebut bahwa metadata adalah sebagai bentuk pengindentifikasian, penjelasan suatu data, atau diartikan sebagai struktur dari sebuah data. Dicontohkan metadata dari katalog buku terdiri dari : judul, pengarang, penerbit, subyek dan sebagainya. Metada yang biasa digunakan di perpustakaan adalah Marc dan Dublin Core.
INDOMARC
Machine Readable Cataloging (MARC) merupakan salah satu hasil dan juga sekaligus salah satu syarat penulisan katalog koleksi bahan pustaka perpustakaan. Standar metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh Library of Congress, format LC MARC ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis bagi kepentingan nasionalnya masing-masing.
Format INDOMARC merupakan implementasi dari International Standard Organization (ISO) Format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya. Informasi bibliografi biasanya mencakup pengarang, judul, subyek, catatan, data penerbitan dan deskripsi fisik.
Indomarc menguraikan format cantuman bibliografi yang sangat lengkap terdiri dari 700 elemen dan dapat mendeskripsikan dengan baik kebanyakan objek fisik sumber pengetahuan, seperti jenis monograf (BK), manuskrip (AM), dan terbitan berseri (SE) termasuk; Buku Pamflet, Lembar tercetak, Atlas, Skripsi, tesis dan disertasi (baik diterbitkan ataupun tidak), dan Jurnal Buku Langka.
Dublin Core
Dublin Core merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Gagasan membuat standar baru agaknya dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan untuk sumber informasi dalam web. Elemen Dublin Core dan MARC intinya bisa saling dikonversi.
Metadata Dublin Core memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut:
- Memiliki deskripsi yang sangat sederhana
- Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum.
- Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dublin Core terdiri dari 15 unsur, yaitu :
- Title : judul dari sumber informasi
- Creator : pencipta sumber informasi
- Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi
- Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian
- Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi
- Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi
- Date : tanggal penciptaan sumber informasi
- Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya
- Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi
- Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs
- Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi
- Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi
- Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya.
- Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu
- Rights : pemilik hak cipta sumber informasi
6. Manual
Manual atau biasa disebut prosedur adalah penjelasan bagaimana memasang, menyesuaikan, menjalankan suatu perangkat keras atau perangkat lunak. Prosedur merupakan aturan-aturan yang harus diikuti bilamana menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak. Banyak peripheral perangkat keras maupun sistem tidak berjalan dengan optimal karena dokumentasi yang tidak memadai atau pengguna tidak mengerti manual yang disediakan. Manual harus dibaca dan dimengerti walau serumit apapun. Manual adalah kunci bagi kelancaran sistem.
Manual/prosedur dapat juga mencakup kebijakan-kebijakan khususnya dalam lingkungan jaringan dimana pemasukan dan pengeluaran data membutuhkan format komunikasi bersama. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur.
2.3 Tahapan Membangun Sistem Perpustakaan Digital
Pelaksanaan | Tahap | Hasil |
Bulan ke-1 | Persiapan |
|
Bulan ke-2 | Survei |
|
Bulan ke-3, 4 | Desain |
|
Bulan ke-5, 6, 7 | Pembangunan |
|
Bulan ke-8 | Uji coba |
|
Bulan ke-9, 10 | Training |
|
Bulan ke-11 | Operasional |
|
2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang penting dalam perpustakaan digital. Tujuan evaluasi untuk menjaga kualitas ataupun bahkan meningkatkan kualitas perpustakaan digital dalam memenuhi kebutuhan penggunanya yaitu sivitas akademika. Dalam evaluasi dapat diketahui permasalahan-permasalahan dari pengguna dalam memanfaatkan perpustakaan digital. Permasalahan-permasalahan pengguna tersebut merupakan bahan untuk perbaikan perpustakaan digital. Evaluasi perpustakaan digital biasanya dalam bentuk penelitian. Contoh penelitian untuk mengevaluasi perpustakaan digital :
- Evaluasi perpustakaan digital melalui Transaction Log Analysis (TLA)
- Analisis sistem informasi perpustakaan Politeknik Negeri Semarang dengan kerangka evaluasi HOT (Human, Organization, and Technology).
- Analisis Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pengguna Perpustakaan Politeknik Negeri Semarang
C. KESIMPULAN
Unsur dan syarat perpustakaan digital ada banyak. Biasanya, pustakawan berharap terlalu banyak dari sistem ini dan oleh karenannya merasa kecewa bilamana sistem tersebut tidak bekerja seperti yang diharapkan. Untuk memastikan adanya keberhasilan dalam automasi perpustakaan dibutuhkan kerjasama yang optimal dan berkelanjutan diantara pengguna sehingga tercipta kepuasan diantara pengguna, suatu penilain mendalam mengenai kebutuhan-kebutuhan pengguna harus dilakukan sebelum rencana detail untuk automasi dilakukan. Perlu tersedianya staf (pustakawan, operator, teknisi/administrator) yang terlatih. Seluruh anggota staf harus mengerti tentang sistem perpustakaan digital.
Keberlanjutan pengembangan dengan melakukan perbaikan-perbaikan maupun perawatan-perawatan baik itu operasional di perpustakaan maupun di jaringan LAN dan WEB perpustakaan digital. Inovasi dan kreatifitas dibutuhkan untuk membuat suatu ide-ide baru yang efektif dan efisien dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Nanan. 2009. Implementasi Perpustakaan Digital di Institut Teknologi Bandung. Jurnal Pustakawan Indonesia. Vol.6 No.1.
Sulistyo-Basuki. 2001. Local Content: Harta Karun Yang Tersembunyi. Makalah seminar Unkris Petra. Surabaya.
Tedd, Lucy A. and Andrew Large. 2005. Digital Libraries: Principles and Practice in a Global Environment. München: K. G. Sauer.
Wahyu. 2011. Aplikasi Perpustakaan Digital Melalui Web. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar